Sabtu, 25 April 2009

sokarno

....,,Apa gunanya kita puluhan ribu banyaknja berkumpul disini jikalau yang kita kerjakan hanya menghasilkan petisi ? Mengapa kita selalu merendah diri memohon kepada "Pemerintah" untuk meminta kebaikan hatinya supaya mendirikan sebuah sekolah untuk kita ? Bukankah itu suatu Politik Berlutut ? Bukankah itu suatu politik memohon dengan mendatangi yang Dipertuan Gubernur Djendral Hindia Belanda, yang dengan memakai dasi hitam menerima delegasi yang membungkuk-bungkuk dan menunjukkan penghargaan kepadanya dan menyerahkan kepada pertimbangannya suatu petisi ? Dan merendah diri memohon pengurangan pajak? Kita merendah diri....memohon, merendah diri.... memohon.........Inilah kata-kata yang selalu dipakai oleh pemimpin-pemimpin kita.,, Sampai sekarang kita tidak pernah menjadi penyerang. Gerakan kita bukan gerakan yang mendesak, akan tetapi gerakan kita adalah gerakan yang meminta-minta. Tak satupun yang pernah diberikannya karena kasihan. Marilah kita sekarang menjalankan politik pertjaja pada diri sendiri dengan tidak mengemis-ngemis. Ayoh kita berhenti mengemis. Sebaliknya, hayo kita berteriak, ,,Tuan Imperialis, inilah yang kami TUNTUT !"

( pidato SUKARNO pada rapat umum Radicale Concentratie, Bandung 1922)

Tiada ulasan:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...