Abul Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Said Alkhudri r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Marah itu bara api maka siapa yang merasakan demikian, jika ia sedang berdiri makan hendaklah duduk, bila ia sedang duduk hendaklah bersandar (berbaring)."
Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Said Alkhundri r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Awaslah kamu dari marah-marah, kerana marah itu bererti menyalakan api dalam kalbu anak Adam, tidakkah kamu melihat seseorang yang marah itu merah matanya dan tegang urat-uarat lehernya, kerana itu bila seseorang merasakan yang demikian hendaklah berbaring dan meletakkan badannya ditanah."
Sesungguhnya ada diantara kamu orang yang lekas marah tetapi juga lekas reda, maka ini seimbang dan ada yang lambat marah dan lambat sembuh (reda), ini juga seimbang, dan sebaik-baik kamu lambat marah dan cepat re;a. dan sejahat-jahat kamu yang cepat marah dan lambat sembuhnya."
Abu Umamah Albahili r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Siapa yang dapat menahan marah padahal ia dapat (kuasa) untuk memuaskan marahnya itu, tetapi tidak dipuaskan bahkan tetap ditahan/disabarkan, maka Allah s.w.t. mengisi hatinya dengan keridhoan pada hari kiamat."
Tercantum dalam Injil: "Hai anak Adam,ingatlah kepadaKu ketika kau marah, nescaya Aku ingat kepadamu diwaktu Aku marah (Yakni akan dirahmati oleh Allah s.w.t.) Dan relakan hatimu dengan pembelaanKu kepadamu, sebab pembelaanKu kepadamu lebih baik dari pembelaanmu terhadap dirimu sendiri."
Umar bin Abdul Aziz berkara kepada orang yang telah memarahkannya: "Andaikan engkau tidak membikin marahku, nescaya sudah saya beri hukuman." Yakni Umar ingin menurut kepada unjuran Allah s.w.t. didalam ayat yang berbunyi: "Walkaa dziminal ghaidha." (Yang bermaksud): "Dan mereka yang dapat menahan marah." kerana itu, ketika ia mendapat kesempatan untuk menahan maka langsung dipergunakan.
Umar bin Abdul Aziz melihat seorang yang mabuk, maka ketika akan ditangkap untuk dihumkum dera, tiba-tiba dimaki oleh orang yang mabuk itu, maka Umar kembali tidak jadi menghukum dera, dan ketika ditanya: "Ya Amirul mukminin, mengapakah setelah ia memaki kepadamu tiba-tiba engkau tinggalkan?" Jawab Umar: "Kerana ia menjengkel aku maka andaikan aku hukum (pukul) mungkin kerana murka ku kepadanya, dan saya tidak suka memukul seorang hanya membela diriku (untuk kepentingan diriku)."
Maimun bin Mahran ketika budaknya menghidangkan makanan dan membawa kuah, tiba-tiba tergelincir kakinya sehingga tertuang kuah itu kebadan Maimun dan ketika Maimun mahu memukul budak itu, tiba-tiba ia berkata: "Tuanku, laksanakanlah ajaran Allah s.w.t. (Yang berbunyi): "Walkadhiminal ghaidha." (Yang bermaksud): "Dan mereka yang menahan marah." Maimun berkata: "Baiklah." Maka budak itu berkata: "Kerjakan lanjutannya (ayat yang berbunyi: "Wal afina aninnas." (Yang bermaksud): "Dan engkau memaafkan orang." Maimun berkata: "Saya maafkan engkau." Budak itu berkata: "Kerjakan lanjutannya (ayat yang berbunyi: "Wallahu yhibbul muhsinin." (Yang bermaksud): "Dan Allah kasih kepada orang yang berbuat kebaikan." Maimun berkata: "Saya berbuat baik kepadamu, maka engkau kini merdeka kerana Allah s.w.t."
Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Siapa yang tidak mempunyai tiga sifat, tidak dapat merasa manisnya iman iaitu:
- Kesabaran untuk menolak kebodohan orang yang bodoh
- Warak yang dapat mencegah dari yang haram
- dan akhlak untuk bergaul dengan manusia (dan akhlak untuk masyarakat)
Ada seorang yang mempunyai kuda yang sangat dibanggakan, tiba-tiba pada suatu hari ia melihat kudanya patah satu kakinya sehingga tinggal tiga kaki, lalu ia bertanya kepada budaknya: "Sipa yang berbuat itu?" Jawab budaknya: "Saya." Ditanya lagi: "Mengapa?" jawab budaknya: "Supaya engkau risau." Berkata orang itu: "Saya akan membalas menjengkelkan siapa yang menyuruh engkau berbuat itu (yakni syaitan laknatullah)." Maka ia berkata kepada budaknya: "Pergilah engkau, saya merdekakan dan itu kuda untukmu."
Abul Laits berkata: "Seharusnya seorang mukmin bersifat sabar, tenang sebab itu termasuk sifat orang muttaqin yang dipuji oleh Allah s.w.t.
Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi: "Walaman shobara waghafara inna dzailika lamin azmilumur." (Yang bermaksud): "Dan siapa yang sabar dan memaafkan maka itu termasuk seutama-utamanya sesuatu."
Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): "Wala tastawil hasanatu walas sayyi'atu idfa billati hiya ahsan fa idzalladzi bainaka wa bainahu adaa watun ka'annahu waliyyun hamim." (Yang bermaksud): "Dan tidak dapat disamakan kebaikan dengan kejahatan, tolaklah segala sesuatu itu dengan cara yang baik, tiba-tiba seorang yang musuh denganmu dapat berubah menjadi kawan yang akrab."
Juga Allah s.w.t. memuji Nabi Ibrahim a.s. dialam ayat (Yang berbunyi): "Inna Ibrahim lahalimun awwahun mubin." (Yang bermaksud): "Ssesungguhnya Ibrahim seorang yang sabar, selalu mengingati dosa dan kesalahan dirinya dan bertaubat."
Juga Allah s.w.t. berfirman didalam ayat (Yang berbunyi): "Fasbir kama shobaro ulul azmi minarrusuli." (Yang bermaksud): "Maka sabarlah sebagaimana kesabaran orang-orang yang bersemangat besar dari para rasul sebelummu."
Alhasan ketika mengingati ayat (Yang berbunyi): "Wa idza khatobahumul jaa hiluuna qaalu: salaamaa." (Yang bermaksud): "Dan bila dicaci maki oleh orang-orang yang bodoh-bodoh, mereka sabar tidak melayan."
Sebab sabar itu memang pahit pada mulanya tetapi manis pada akhirnya, sebagaimana kata pujangga: "Alhilmu awwalahu murrun madzaqatuhu, laakin akhiruhu ahla minal asali ashshabru kashshabiri murrun fi madzaqatihi laakin awaqibuhu ahla minal asali." (Yang bermaksud): "Sabar itu pada mulanya pahit rasanya tetapi akibatnya lebih manis dari madu. Sabar itu bagaikan jadam pahit rasanya tetapi akibatnya lebih manis dari madu."
Tiada ulasan:
Catat Ulasan